Kenapa menyukaimu terasa begitu menyakitkan? Padahal ku sudah berharap banyak, padahal ku kira kamu akan mendekapku. Ah kekasih, lidahku telah kelu mengeja namamu, kakiku letih menunggu rambutmu menyembul di ujung senja, tapi kamu tidak datang. Tapi kamu tak ada. Beberapa kali ku putuskan tuk menyerah, berhenti menunggu namamu muncul di layar ponsel, merelakanmu untuk makhluk lain. Tapi tiba-tiba senyummu muncul, mencium keningku di ujung malam, menghancurkan segala usahaku sejak pagi buta. Aku menunggu lagi, berharap lagi, mengkhayal dan mengidamkan peluk hangatmu. Kamu hilang lagi, membantingku dengan kekasih barumu, membuatku hancur kembali. Aku patah, tak mau bertemu, tak mau kenal lagi. Tapi sinar matamu kembali menggedor pintu, menerobos masuk, lalu memeluk kembali hatiku. Kau pikir aku ini mainan penampung keisenganmu? Aku marah, kesal, jengkel, cemburu. Tapi aku diam. Siapa aku? Kucing pinggir jalan lebih berpengaruh atas hidupmu. Ah sudahlah, aku
Kalau mau nyomot, tolong izin dulu.