Dari semua ucapan, sikap, kekesalan, dan kepahitan diksimu, tuturmu hari ini sungguh melukai hatiku. Kamu boleh marah padaku, memaki, kau sudah melatihku hingga pandai. Tapi tolong jangan libatkan orang lain. Jangan libatkan mereka yang dekat denganku. Mereka tak tahu apa-apa, mereka tak bersalah apa-apa. Aku sungguh sudah muak dan ingin mengakhiri perkara tutup-buka kunci pintu komunikasi kita. Tapi kali ini aku sungguh terluka. Tak usah so tahu dan bahkan merasa dewa soal hidupku. Kamu tak tahu betapa bersyukurnya aku memiliki orang-orang terdekat yang kamu anggap tak berharga. Kamu tak tahu betapa mereka sering membantuku bernapas di tiap harinya dibanding pesan-pesanmu yang sering membuat dadaku sesak. Untuk apa kita dekat bila hanya untuk melukai? Untuk apa kita berkirim pesan hanya untuk saling memaki. Poci yang diisi teh akan mengeluarkan teh, semua sikapku merupakan refleksi sikapmu padaku. Jangan salahkan orang lain. Dirimu yang membuatku demikian. Aku kembali butuh wakt
Kalau mau nyomot, tolong izin dulu.