Aku berjalan di antara rapuhnya penghujung senja, menemukan kamu dengan angan, kopi, dan segala puisi bodohmu. Hah, halah. Padahal setiap hari kamu melihatnya, padahal dari awal kamu sudah tahu, tapi kamu tetap tersenyum bodoh di tiap sapanya. Bodoh, kamu memang bodoh. Adalah kesalahan saat kamu memutuskan untuk menyukainya, lalu adalah kesalahan pula saat kamu tak berhenti untuk mengejarnya. Berhentilah, kamu cuma punya dua kaki. Mencoba menyukai segala hal tentang dia, mencatat ulang tahunnya, ayahnya, bibinya, bahkan kucingnya. Kamu bukan petugas kependudukan, kamu cuma orang bodoh yang bebal. Mengharap dan mendoakan kebahagiannya, benarkah? Aku tahu kamu memaki tiap kali mendapati mereka makan bersama. Tak pernah ingin melihatnya bersedih dan menangis, yakin? Kamu selalu tersenyum dan menyusun siasat tiap dia menangis kerna kekasihnya. Berharap suatu saat dia tahu bahwa kamu hidup lewat lagu-lagu senjamu, bodoh, kamu bahkan tak pernah
Kalau mau nyomot, tolong izin dulu.