Pergilah, berlarilah secepat yang kamu bisa, menjauhlah sejauh yang kamu mau. Aku tak akan melarangmu. Lebih lanjut, aku justru akan menyemangatimu. Silahkan. Aku sungguh tidak akan menahan kepergianmu. Pergilah saja. Karena, mau tak mau, suka tak suka, pada akhirnya kamu nanti akan kembali padaku. Menyumpahimu? Tentu tidak. Aku hanya menyampaikan apa yang takdir ucap.
Aku tidak akan melakukan apapun untuk menarik perhatianmu dan mengharap rasa rindumu, tidak. Aku yakin, semakin jauh kamu pergi, maka rindumu padaku akan makin berat. Semakin tergesa kamu pergi, semakin cepat pula kamu ingin kembali. Pergilah, berkelanalah. Aku tak akan menghubungimu, aku hanya akan minta pada Tuhan supaya kamu baik-baik saja sampai nanti kamu memohon padaku untuk mengizinkanmu memelukku. Maka sampai saat itu tiba, lakukanlah semua yang kamu mau.
Sungguh, sampai kamu kembali, aku tak akan mencemburui wanita yang kamu kejar-kejar cintanya itu. Silahkan saja. Mau sampai kamu membelah gunung agar dia terkesan pun, lakukanlah. Aku tak akan mengekang. Aku tak mau kamu menyesal di kemudian hari karena tak sempat mengusahakan wanita itu apa-apa. Silahkan saja perjuangkan dia. Mungkin suatu hari nanti hatinya akan terketuk karena merasa iba padamu dan akhirnya kalian akan bersama. Namun, kuberi tahu dari sekarang, kalian tidak akan selamanya, karena takdirmu bukan dia dan takdirnya bukan kamu.
Apa? Kejam? Jahat? Karena aku yang bermulut jujur ini mengatakan semua hal berkebalikan dengan harapanmu, kamu menjadikan itu alasan untukmu pergi dariku? Mengharap wanita itu? Silahkan. Sudah kubilang usahamu akan sia-sia dan kamu pada akhirnya akan kembali padaku.
Komentar
Posting Komentar