LEMBAR
PENGESAHAN
PERBEDAAN
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BIJI JAGUNG DENGAN BERBAGAI MEDIA TANAM .
Disetujui
dan Disahkan oleh:
Guru Mata
Pelajaran Biologi
Diniarth
Zainur Arifin S.Pd M.Pd
NIP.198012182008011005
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya serta nikmat iman dan islam kepada kita semua sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan penelitian ini. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan
umatnya hingga akhir zaman.
Pada kesempatan yang baik ini tidak lupa kami menyampaikan terimakasih kepada :
1. Orang tua kami yang telah
membantu dalam hal materil dan spiritual dalam penyelesaian laporan penelitian
ini.
2. Kepada Bapak Diniarth Zainur
Arifin selaku guru mata pelajaran Biologi.
3. Kepada teman-teman
seperjuangan dan kepada semua pihak yang telah membantu, baik dari segi materi,
pengetahuan, maupun materil hingga laporan penelitian ini dapat kami
selesaikan.
Laporan penelitian yang berjudul “Pengaruh Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Biji
Jagung” yang disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran
Biologi kelas XII IPA 2.Selain untuk tujuan tersebut, kami juga menyusun
laporan penelitian ini untuk bahan acuan dan pertimbangan para pembaca sekalian
dalam hal menentukan media tanam yang paling tepat untuk tanaman jagung.
Kami menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan baik
itu dari segi penyajian maupun dari segi penyusunannya. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun dan
perbaikan penyusunan laporan penelitian ini atau laporan-laporan lainnya yang
akan datang. Semoga laporan penelitian ini bermanfaat, khusus bagi kami yang
menyusun laporan penelitian ini dan umumnya bagi semua pembaca. Aamiin.
Cikajang, September 2014
Kelompok 4
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitan
1.4. Hipotesis
1.5 Manfaat
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tanaman
Jagung
2.1.1 Deskripsi
2.1.2 Keanekaragaman
2.1.3 Pemanfaatan
2.2 Media Tanam
2.2.1 Media Tanam Tanah Liat
2.2.2 Media Tanam Pasir
2.2.3 Media Tanam Kapas
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan Penelitian
3.1.1 Alat
3.1.2 Bahan
3.2 Langkah Percobaan
3.3 Teknik pengolahan dan analisis
data
3.4 Waktu dan tempat
penelitian
3.4.1 Waktu
3.4.2 Tempat penelitian
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil penelitian
4.2 Analisis
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
KATA
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkecambahan merupakan tahap awal
perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini,
embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah
perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda.
Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah.
Begod Sudjadi (2006) memberikan penjelasan
tentang perkecambahan,yaitu :Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan
komponen-komponen biji yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal
menjadi tumbuhan baru. Komponen biji tersebut adalah bagian kecambah yang
terdapat di dalam biji, misalnya radikula dan plumula.
Istamar Syamsuri (2004) memberikan
penjelasan tentang perkecambahan, yaitu :Perkecambahan merupakan proses
pertumbuhan dan perkembangan embrio. Hasil perkecambahan ini adalah munculnya
tumbuhan kecil dari dalam biji. Proses perubahan embrio saat perkecambahan
adalah plumula tumbuh dan berkembang menjadi akar.
Salisbury (1985) memberikan
penjelasan tentang perkecambahan, yaitu :Perkecambahan merupakan suatu proses
dimana radikula (akar embrionik) memanjang ke luar menembus kulit biji. Di
balik gejala morfologi dengan pemunculan radikula tersebut, terjadi proses
fisiologi-biokemis yang kompleks, dikenal sebagai proses perkecambahan
fisiologis.
Menurut para tokoh :Perkecambahan
biji merupakan bentuk awal embrio yang berkembang menjadi sesuatu yang baru
yaitu tanaman anakan yang sempurna menurut Baker, 1950. Sedangkan, menurut
Kramer dan Kozlowski, 1979, perkecambahan biji adalah proses tumbuhnya embrio
atau keluarnya redicle dan plumulae dari kulit biji.
Dalam perkecambahan biji selalu mengalami pertumbuhan dan perkembangan.Arti
dari pertumbuhan dan perkembangantumbuhan sangatlah beda. Pertumbuhan adalah
proses kenaikan volume karena adanya penambahan substansi (bahan dasar)
yang bersifat irreversible(tidak dapat kembali dalam keadaan semula).
Sedangkan perkembangan adalah proses menuju tercapainya kedewasaan yang tidak
dapat diukur dan bersifat kualitatif. Pertumbuhan dalam suatu perkecambahan
biji dapat langsung diukur apabila tunasnya sudah keluar dan tumbuh.
Pertumbuhan dan perkembangan biji akan selalu berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang dapat dibedakan menjadi 2 yakni faktor internal dan
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh tumbuhan
yang terdiri atas faktor intrasel (di dalam sel) yang meliputi gen, dan faktor
intersel (sela-sela sel) yang meliputi hormon. Yang kedua adalah faktor yang
berasal dari luar tubuh tumbuhan atau faktor eksternal yang mencakup
cahaya/sinar matahari, suhu/temperature, kelembaban udara, nutrisi, kadar
air,oksigen atau karbondioksida, pH atau sederajat keasaman, kepadatan
populasi, dan media tanam tumbuhan.
Media tanam merupakan salah satu faktor yang mendukung pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Penggunaan media tanam yang tepat akan menentukan
pertumbuhan bibit yang ditanam. Tidak hanya kegunaannya saja tapi pengaruhnya
terhadap perkecambahan suatu biji. Pengaruh tersebut dapat disebabkan karena
setiap media tanam mengandung unsur-unsur dan struktur yang berbeda-beda.
Media tanam merupakan media/tempat dimana tanaman/biji dapat tumbuh dan
berkembang di dalamnya. Contohnya seperti tanah,air,kapas,pasir, dan sejenis
lainnya. Saat ini, di kehidupan sehari-hari atau dalam perkebunan,tanah selalu
menjadi media tanam bagi benih yang akan ditanam. Tapi, dalam kegiatan
penelitian, siswa-siswi selalu memakai kapas untuk perkecambahan biji
mereka, sedangkan media tanam yang menggunakan air biasanya dikhususkan untuk
tumbuhan hidroponik. Media tanam itu berpengaruh terhadap kecepatan
perkecambahan semua tanaman termasuk pertumbuhan tanaman jagung.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka kami bermaksud membahas lebih
lanjut dalam sebuah penelitian yang berjudul “Pengaruh Media Tanam Terhadap
Pertumbuhan Biji Jagung”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan beberapa
permasalahan. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1.2.1 Bagaimanakah pertumbuhan
tanaman jagung yang menggunakan media tanam tanah liat ?
1.2.2 Bagaimanakah
pertumbuhan tanaman jagung yang menggunakan media tanam pasir ?
1.2.3 Bagaimanakah
pertumbuhan tanaman jagung yang menggunakan media tanam kapas ?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai
berikut :
1.3.1 Mengetahui
hasil penelitian pertumbuhan tanaman jagung yang menggunakan media tanam
tanah liat.
1.3.2 Mengetahui
hasil penelitian pertumbuhan tanaman jagung yang menggunakan media tanam pasir.
1.3.3 Memaparkan
hasil penelitian pertumbuhan tanaman jagung yang menggunakan media tanam kapas.
1.4. Hipotesis
1.4.1 Biji jagung yang ditanam pada
media tanah liat tidak akan tumbuh dengan sempurna (kurang baik)
1.4.2
Biji jagung yang ditanam pada media tanam pasir akan tumbuh dengan sempurna.
1.4.3
Biji jagung yang ditanam pada media tanam kapas akan tumbuh dengan sempurna.
Sebagai sumber informasi bagi sebagian orang yang belum mengetahui pengaruh media
tanam bagi tumbuhan jagung.
Sebagai sumber informasi dalam pengembangan teknologi pertanian, dan juga untuk
memberi informasi pembaca atau petani tentang ciri-ciri media tanam yang baik
untuk pertumbuhan tanaman jagung.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tanaman
Jagung
2.1.1 Deskripsi
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan
dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan
vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya
berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m.
tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum
bunga jantan.
Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada
umumnyajagung tidak memiliki kemampuan ini. Bunga betina jagung berupa
“tongkol” yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan “rambut”. Rambut jagung
sebenarnya adalah tangkai putik.
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai
kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2m. Pada tanaman yang
sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang
membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun
tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat
sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah
daun yangmuncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak
mengandung lignin. Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang.
Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan
ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma
pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap
stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan
penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah
(diklin) dalam satutanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur
khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret
dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh dibagian
puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna
kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh
dari buku, diantara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya
dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga
betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol
produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung
siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada betinanya (protandri).
2.1.2 Keanekaragaman
Jagung dikelompokkan berdasarkan tipe bulir. Kiri atas adalah jagung
gigi-kuda, dikiri latar depan adalah podcorn, sisanya adalah jagung tipe
mutiara. Jagung yang dibudiayakan memiliki sifat bulir/biji yang
bermacam-macam. Di dunia terdaapat enam kelompok kultivar jagung yang dikenal
hingga sekarang, berdasarkan karakteristik endosperma yang membentuk bulirnya :
2.1.2.1.Indentata
(Dent,”gigi-kuda”)
2.1.2.2. Indurata (Flint,”mutiara”)
2.1.2.3. Saccharata (Sweet,”manis”)
2.1.2.4.Everta (Popcorn,”berondong”)
2.1.2.5. Amylacea (Flour
corn,”tepung”)
2.1.2.6. Glutinusa ( Sticky
corn,”ketan”)
2.1.2.7. Tunicata (Podcorn) merupakan
kultivar yang paling primitif dan anggota subspecies yang berbeda dari jagung
budidaya lainnya).
Dipandang dari bagaimana suatu kultivar (“varietas”) jagung dibuat dikenal
berbagai tipe kultivar :
v Galur murni,
merupakan hasil seleksi terbaik dari galur-galur terpilih
v Komposit,
dibuat dari campuran beberapa populasijagung unggul yang diseleksi untuk
keseragaman dan sifat-sifat unggul.
v Sintetik,
dibuat dari gabunganbeberapa galur jagung yang memiliki keunggulan umum (daya
gabung umum) dan seragam.
v Hibrida,
merupakan keturunan langsung (F1) dari persilangan dua,tiga,atau empat galur
yang diketahui menghasilkan efek heterosis.
Warna bulir jagung ditentukan oleh warna endosperma dan lapisan terluarnya
(aleuron),mulai dari putih,kuning,jingga,merah darah,ungu,hingga ungu
kehitaman. Satu tongkol jagung dapat memiliki bermacam-macam bulir dengan warna
berbeda-beda,karena setiap bulir terbentuk dari penyerbukan oleh serbuk sari
yang berbeda-beda.
2.1.3 Pemanfaatan
Selain sebagai bahan pangan dan bahan baku pakan, saat ini jagung juga
dijadikan sebagai sumber energy alternatif. Lebih dari itu, saripati jagung
dapat diubah menjadi polimer sebagai bahan campuran pengganti fungsi utama plastik.
Salah satu perusahan di Jepang telah mencampur polimer jagung dan plastik
menjadi bahan baku casing computer yang siap dipasarkan.
2.2 Media Tanam
2.2.1 Media Tanam Tanah Liat
Tanah liat merupakan jenis tanah yang bertekstur paling halus dan lengket atau
berlumpur. Karakteristik dari tanah liat adalah memiliki pori-pori berukuran
kecil (pori-pori mikro) yang lebih banyak daripada pori-pori yang berukuran
besar (pori-pori makro) sehingga memiliki kemampuan mengikat air yang cukup kuat.
Pori-pori mikro adalah pori-pori halus yang berisi air kapiler atau udara.
Sementara pori-pori makro adalah pori-pori kasar yang berisi udara atau air
gravitasi yang mudah hilang. Ruang dari setiap pori-pori mikro berukuran sangat
sempit sehingga menyebabkan sirkulasi air atau udara menjadi lamban.
Pada dasarnya, tanah liat bersifat miskin unsur hara sehingga perlu
dikombinasikan dengan bahan-bahan lain yang kaya akan unsur hara. Penggunaan
tanah liat yang dikombinasikan dengan bahan-bahan lain seperti pasir dan humus
sangat cocok dijadikan sebagaimediaa penyemaian, cangkok,dan bonsai.
2.2.2 Media Tanam Pasir
Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan fungsi
tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan sebagai
media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran setek
batang tanaman. Sifatnya yang cepat kering akan memudahkanproses pengangkatan
bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media lain.
Sementara bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya stek batang.
Selain itu, keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan
dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam. Pasir malang dan
pasir bangunan merupakan jenis pasir yang sering digunakan sebagai media tanam.
Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir
menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan
konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga
mudah terkikis oleh air atau angin. Dengan demikian, media pasir lebih
membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih intensif. Hal tersebut yang
menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media tanam secara tunggal.
Penggunaan pasir sebagai media tanam sering dikombinasikan dengan campuran
bahan anorganik lain, seperti kerikil, batu-batuan, atau bahan organik
yang disesuaikan dengan jenis tanaman.
Pasir pantai atau semua pasir yang berasal dari daerah bersersalinitas tinggi
merupakan jenis pasir yang harus dihindari untuk gunakan sebagai media
tanam, kendati pasir tersebut sudah dicuci terlebih dahulu. Kadar garam yang
tinggi pada media tanam dapat menyebabkan tanaman menjadi merana. Selain itu,organ-organ
tanaman, seperti akar dan daun, juga memperlihatkan gejala terbakar yang
selanjutnya mengakibatkan kematian jaringan(nekrosis).
2.2.3 Media Tanam Kapas
Kapas memiliki struktur yang lembut, dan juga memiliki daya serap air
yang rendah. Sehingga, media tanam dengan kapas dapat terjaga kelembabannya,
danjuga memiliki persediaan air dalam jangka waktu yang lama
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan Penelitian
3.1.1 Alat
a. 3 buah gelas
plastik
b. Alat siram
c.; Alat tulis
d. Penggaris
e. Jam
3.1.2 Bahan
a. 24 biji
jagung
b. Tanah liat
c. Pasir
d. Kapas
e. Air
3.2 Langkah Percobaan
Berikut ini adalah prosedur penelitian pengaruh media tanam untuk biji
jagung terhadap kecepatan perkecambahan.
1.
Rendam biji jagung dengan air selama kurang lebih 24
jam.
2.
Siapkan
alat-alat dan bahan yang diperlukan
3.
Masukkan tanah
ke gelas plastik 1, pasir ke gelas plastik 2, dan kapas ke gelas plastik 3,
volume dari ketiganya harus berjumlah sama, kurang lebih seperempat bagian.
4.
Masukkan air
kedalam 3 gelas pada setiap media tanam dengan volume yang sama.
5.
Tanam 8 biji
jagung ke dalam setiap gelas plastik yang berisi tanah, pasir, dan kapas.
6.
Amati perkecambahan biji dengan interval 72 jam atau
tiga hari sekali.
7.
Catat hasil
pengamatan ke dalam tabel pengamatan.
3.3 Teknik pengolahan dan analisis
data
Analisis data adalah cara mengolah data hasil penelitian sehingga membuktikan
kebenaran hipotesis yang diajukan. Pada penelitian ini, analisis data yang
dapat dilakukan adalah :
3.3.1.
Mencari nilai rata-rata kecepatan perkecambahan biji jagung pada tiap
perlakuan.
3.3.2.
Membandingkan hasil antara satu perlakuan dengan perlakuan yang lain.
3.4 Waktu dan tempat
penelitian
3.4.1 Waktu
Penelitian perkecambahan jagung ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 22 Agustus
2014 pukul 10.09 WIB.
3.4.2 Tempat penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di ruang kelas XII IPA
2, Sekolah Menengah Atas 4 Garut, yang beralamat di Jln. Cisaruni No. 1
Cikajang-Garut.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil penelitian
Dalam penelitian ini, biji
dengan media pasir lebih cepat daripada dengan media tanah liat dan media
kapas. Berikut ini adalah pengukuran pertumbuhan biji jagung selama jangka
waktu 5 hari.
USIA TANAMAN (HARI KE-)
|
RATA-RATA TINGGI TANAMAN (DALAM CM)
|
KEADAAN/KUALITAS TANAMAN
|
|||
A
|
B
|
C
|
|||
3
|
0.5
|
0.5
|
0.5
|
Biji jagung ada yang membusuk, tumbuh,
maupun mengalami dormansi.
|
|
6
|
1.75
|
1.75
|
5
|
Tanaman tumbuh cepat, namun tidak merata.
|
|
9
|
9.5
|
9.5
|
12.5
|
Beberapa tanaman sudah mempunyai daun.
|
|
12
|
12
|
15
|
18
|
Tanaman A dan B menjadi layu.
|
*Keterangan : A => Media tanam
tanah liat.
B
=> Media tanam pasir.
C
=> Media tanam kapas.
Setiap media tanam selalu memiliki
daya intermolekul (tenaga listrik pada molekul-molekul media tumbuh) yang
berbeda-beda. Apabila, molekul-molekulnya rapat maka air akan sulit diresap
oleh biji tersebut. Sedangkan, apabila molekul-molekulnya renggang maka air
akan mudah diserap oleh biji tersebut. Jadi, daya intermolekul itu berbanding
terbalik dengan kecepatan air. Sehingga perkecambahan dapat terpengaruh oleh
daya intermolekul suatu media tanam.
Selanjutnya, setiap media tanam selalu memiliki tekstur yang
berbeda-beda. Apabila, media tanam tersebut bertekstur
pasir maka media itu mudah untuk diolah, media jenis ini memiliki aerasi
(ketersediaan rongga udara ) dan drainase yang baik, namun memiliki luas
permukaan komulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan air
sangat rendah dan media tersebut lebih cepat kering. Yang kemudian
, kecambah biji akan sulit bertumbuh karena kekurangan air.
Tidak hanya tekstur daya intermelekul yang dapat mempengaruhi perkecambahan,
tetapi juga kandungan-kandungan unsur yang ada dalam media tanam tersebut.
Kandungan unsur-unsur itu ada yang dapat mempercepat pertumbuhan dan juga
memperhambat pertumbuhan . Tapi kebanyakan unsur-unsurnya dapat membantu biji
dalam perkecambahan.
Dalam setiap
media tanam, terdapat daya intermolekul :
1. Merupakan
tenaga listrik pada molekul-molekul tanah / media tumbuh (makin rapat
molekul-molekulnya, makin sulit air diserap oleh biji).
2. Berbanding
terbalik dengan kecepatan penyerapan air.
Hal ini menyebabkan biji jagung akan sulit untuk berkecambah di media tanah
liat dan pasir.Juga, terdapat tekstur yang berbeda-beda : Tanah bertekstur
pasir sangat mudah diolah, tanah jenis ini memiliki aerasi (ketersediaan rongga
udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan kumulatif yang
relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan air sangat rendah atau tanahnya
lebih cepat kering.
Tabel
perbandingan hara yang terdapat dalam jenis tekstur tanah :
Jenis tekstur
|
P
|
K
|
Ca
|
Fe2O3
|
MgO
|
Pasir
|
0,08
|
2,53
|
2,92
|
5,19
|
1,02
|
Debu
|
0,10
|
3,44
|
6,58
|
9,42
|
2,22
|
Tanah liat
|
0,20
|
4,20
|
5,73
|
17,10
|
1,77
|
Tekstur tanah sangat berpengaruh pada proses pemupukan, terutama jika pupuk
diberikan lewat tanah, pemupukan pada tanah bertekstur pasir tentunya
berbeda dengan tanah bertekstur lempung atau liat, tanah bertekstur pasir
memerlukan pupuk lebih besar karena unsur hara yang tersedia pada tanah
berpasir lebih rendah. Disamping itu aplikasi pemupukan juga berbeda karena
pada tanah berpasir pupuk tidak bisa diberikan sekaligus karena akan segera
hilang terbawa air atau menguap.
Sedangkan, kapas memiliki struktur yang lembut, dan juga memiliki daya serap
air yang rendah. Sehingga, media tanam dengan kapas dapat terjaga
kelembabannya, dan juga memiliki persediaan air dalam jangka waktu yang lama.
4.2 Analisis
Setelah diteliti, ternyata perkecambahan biji jagung lebih cepat di media tanam
kapas, alasannya :
1. Daya intermolekul yang dimiliki oleh tanah liat kecil.
Molekul-molekulnya yang rapat dapat membuat air sulit diserap oleh biji, dan
tanah liat yang kami gunakan tidak mengandung unsur hara yang dapat membantu
percepatan pertumbuhan kecambah.
2. Tanah bertekstur pasir sangat mudah di olah, media ini memiliki aerasi
(ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik,memiliki luas permukaan
kumulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan akar kecambah menembus
tanah bertekstur pasir sangat mudah dan meyebabkan pertumbuhan kecambah lebih cepat
dibandingkan dengan media tanam tanah liat.
3. Kapas memiliki molekul-molekul yang renggang sehingga biji jagung dapat
menyerap air dengan mudah, dan karena karena kapas yang kami gunakan merupakan
kapas yang teksturnya berserat halus, maka kapas tidak menghambat ruang
gerak pertumbuhan akar kecambahan ,yang menyebabkan pertumbuhan jagung lebih
cepat.
Setiap media yang berbeda pasti selalu
memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap suatu perkecambahan. Karena,
setiap media tanam pasti memiliki daya intermolekul, tekstur, unsur, dan yang
lainnya berbeda-beda.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Media tanam dapat berpengaruh terhadap kecepatan perkecambahan biji
jagung.Mulai dari daya intermolekul,tekstur media tersebut dan lain-lain.Apa
bila media tanam memiliki daya intermolekul yang kecil maka kecepatan
perkecambahan juga akan lambat dikarenakan biji sulit dalam menyerap
air,sedangkan apabila daya intermolekul besar maka sebaliknya. Bila menggunakan
media tanam tanah liat, biji akan bertubuh relatif lamban, kaerna tanah liat
memiliki sifat miskin unsur hara. Bila menggunakan media tanam pasir, akar
tanaman akan mudah mendapat ruang gerak, mudah menembus pori-pori karena pasir
mempunyai rongga udara yang baik dan mempunyai daya serap air yang baik,
sehingga perkecambahan biji jagung mengalami pertumbuhan yang cepat diabanding
dengan media tanah liat. Dilihat dari tekstur,apabila media tanam memiliki
tekstur berserat atau pori – porinya tidak terlalu rapat seperti media kapas
yang kami gunakan, maka akar tidak akan sulit menembus atau mudah mendapat
ruang gerak.
5.2 Saran
Pembaca disarankan dapat melanjutkan penelitian ini sebagai perbandingan untuk
penelitian yang lain. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
acuan untuk penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan dengan penanaman
biji jagung. Perkembangan Ilmu Biologi bergantung pada kepedulian kita terhadap
hal-hal baru dalam pengetahuan alam.
KATA PENUTUP
Demikianlah laporan penelitian ini kami buat
sebagaimana adanya. Kami memohon maaf apabila ada terdapat banyak sekali
kekurangan dan kekurang tepatan kami baik dalam segi penyusunan maupun
penyajian laporan ini.
Maka dari itu, kami meminta para pembaca yang baik
hatinya untuk memberikan kritik serta saran yang sifatnya membangun demi
kemajuan kami di tugas yang berikutnya.
Akhir kata,kami berdo’a semoga laporan ini dapat
berguna bagi kami pada umumnya,dan bagi para pembaca budiman pada umumnya.
Aamiin..
Cikajang,September 2014
Kelompok 4
DAFTAR PUSTAKA
Badri, Rohman,Penelitian
Pengaruh Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jagung,(Biologi Umum dan Mikrobiologi
Industri), Sekolah Teknologi Menengah Negeri Kimia,Bandung,1989 .
*Budidaya Jagung Manis*,
http://mitra-petani.blogspot.com/2012/11/budidaya-jagung-manis.html, diakses pada jumat,9 November 2012.
Justice.OrenL,Bass.Louis
N,Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih,Jakarta:Raja Grafindo Perkasa.http://ditjembun.deptan.go.id/.diakses pada jumat,9 November 2012.
Kartasapoetra,Ance G,
Teknologi Benih (Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum),Jakarta:Rineka
Cipta,2003.
Pratiwi, D.A, S.
Maryati, Srikini, Suharto & Bambang S. , BIOLOGI untuk SMA kelas X,
Jakarta: Penerbit Erlangga,2007.
Subandi dan
Kusneni,Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Purwokerto: Universitas
Jenderal Soedirman,2007.
Subardi,Nuryani, Shiddiq
Pramono,BIOLOGI untuk SMA dan MA Kelas XII,Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional,2007.
Susila ,A.D , Panduan
Budidaya Tanaman Sayuran, Bogor : Departemem Agronomi dan Holtikutura, Fakultas
Pertanian IPB,2006.
terima kasih banyak kak sangat membantu sekali......
BalasHapusTerima kasih banyak
BalasHapuskak ini pengamatannya dengan bantuan cahaya matahari apa tidak?
BalasHapusTanpa sinar matahari langsung, Dek..
HapusKak izin nyomot ya
BalasHapus