Langsung ke konten utama

Sejenis Cerbung namun Absurd

Hay hay holla Delitious ^^ Kali ini aku mau ngepos sejenis cerbung.. Iyaa sejenis, abisnya masih absurd seh.. Wkwk..

Okok, ditunggu komen nya yaa.. ^^


Vira
“Jadi? Saya dapet hadiah gak Pak? Dapet yaa? Dapet ya Pak..?” Aku memelas.
“Huu..!”Anak-anak lain mencibir.
“Ihh, jahat! Bukannya bantuin malah nyorakin! Huu..!!!” Timpalku.
“Sudah, sudah.. Oke, Bapak akan nepatin janji Bapak! Kamu mau apa?”
“MP3 Pak!”
“Iya, Inn shaa Allah lusa nati saya berikan..”
“Yess! Wlee...!!!” Aku lalu menyoraki teman-temanku.
“Whuuuuuuuuuuuu.......!!!!!” Mereka makin membuat kelas gaduh.
Yaa, kurang lebih begitulah sejarahku mendapat MP3 mungil ini. Waktu kelas XI, Pak Ridwan pernah menjajikan sesuatu pada semua kelas. Isinya, jika ada siswa yang mampu meraih nilai fisika minimal 95 dari awal semester hingga kenaikan kelas XII, maka dia boleh minta apapun dari Pak Ridwan. Dan karena kebetulan aku suka sekali dengan pelajaran fisika, maka aku cukup dibuat tertarik dengan “sayembara” itu.
Dan, kebetulan sekali semua ulangan harian fisikaku nilainya 100, dan nilai UAS-ku 96. Jadi, di awal semester kelas XII ini aku menagih janji Pak Ridwan itu.
Entahlah,kenapa juga aku ingin MP3.. Padahal ‘kan aku sudah punya satu di rumah. Lagi pula, ini ‘kan hasil dari nilai fisika, kenapa juga aku tidak meminta sesuatu yan berhubungan fisika? Kaus bertuliskan “I LOVE FISIKA” misalnya..
Ahh, sudah kubilang, aku tidak tahu! Yang jelas aku sangat menyayangi MP3 ini lebih dari benda lain yang aku miliki. Entah karena Mp3 ini aku dapatkan dengan hasil usahaku sendiri, atau kerna aku yang kagum pada sosok Pak Ridwan.. Entah..

Perasaanku jadi agak sedikit “Ihh, apa sih?” ketika banyak teman-temanku yang mengatakan bahwa wajahku ini mirip sekali dengan putri Pak Ridwan, Femy namanya. Ia anak yang cantik, juga manis. Sebagai anak kelas X, dia cukup banyak menarik perhatian laki-laki. Namun sepertinya para lelaki yang ingin mendekati Femy merasa agak segan, karena predikat anak guru mata pelajaran menakutkan keburu melekat pada dirinya
Yaa, aku juga bisa merasakannya jika aku adalah seorang laki-laki juga. Tapi Femy? Nampaknya Ia juga cukup risih dengan predikat itu. Ahh, sebagai perempuan yang “peka”, aku bisa merasakan hal itu.
Tapi, ada satu keanehanku pada Femy. Ia jarang sekali terlihat di kantin sekolah, ataupun ruangan lainnya di sekolah ini saat jam istirahat kecuali di ruangan kelasnya. Apa mungkin? Ahh, entahlah.. Aku ini perempuan perasa, bukan perempuan keppo.

Femy
Sudah sering aku mendengar nama itu, Vira.. Ya, nama kakak kelasku yang satu itu adalah Vira. Ketika aku masih SMP, aku sering melihat namanya mendapat nilai bagus dalam catatan penilaian ayahku.
Ketika itu aku terus bertanya-tanya dalam hati, siapa dia? Mengapa dia selalu ada dalam setiap obrolan ayahku? Dan parahnya, jika aku hitung-hitung, nampaknya ayahku lebih banyak membicarakan hal tentang dia ketimbang aku, anak kandungnya sendiri.
Seperti apa Vira? Apa dia sangat cantik, pintar, dan manis seperti apa yang selalu diceritakan oleh ayahku?
Oh ya, satu hal penting dari dirinya. Ayah pernah rela harus pergi saat baru saja menyelesaikan shalat Isya’ berjamaah dengan aku dan Mama hanya untuk membelikan sebuah MP3 mungil untuk Vira. Ayah bilang Ia sudah berjanji akan memberikannya esok hari. Padahal kala itu hujan lebat tengah mengguyur kota kami. Aku tahu, pasti jalanan di luar juga pasti akan macet dan banjir. Aku sudah memperingatkan ayah, tapi dia tak peduli. Nampaknya kekhawatiranku hanya dianggap sebagai angin lalu oleh ayah. Parahnya lagi, mama secara tidak langsung malah menyuruh ayah pergi dengan mengatakan, “Janji itu harus selalu ditepati. Jangan pernah mengatakan apalagi menjanjikan sesuatu yang sulit untuk dipenuhi.”
Dan karena hal itu, aku semakin ingin tahu, siapa dia sebenarnya? Mengapa Ayah sampai tak bisa mengatakan padanya bahwa Ayah lupa membeli benda itu karena Ayah sedang sibuk? Sedangkan aku? Rasanya, ayah tak pernah berbuat hal demikian kepadaku..
Dan ketika aku mulai masuk sekolah dengan predikat Kelas X, tiba-tiba saja aku langsung merasa tak nyaman. Oke, ada beberapa alsan mengapa aku merasakan hal itu.
Pertama, aku sulit mendapat perhatian lebih dari lawan jenisku, apalagi kelas XI dan XII. Meski aku pikir aku lumayan cantik dan manis, tapi nampaknya predikat putri dari guru mata pelajaran menyeramkan keburu masuk merangsaki diriku. Padahal, teman-temanku nampak dengan mudah menggaet seorang kakak senior menjadi pacar ataupun fansnya. Sedangkan aku? Huhh..!
Kedua, aku makin tak nyaman saja ketika aku tahu siapa Vira itu sebenarnya. Dia adalah siswi kelas XII IPA yang aktif di kelas, organisasi maupun ekstra kulikuler. Sesuai dugaanku, dia memang cantik dan manis. Dan hal yang membuatku membencinya, adalah aku sering dianggap mirip dengan Vira!
Ohh Tuhan... Sudah cukuplah aku membenci namanya yang selalu ada dalam setiap obrolan Ayahku, dan mungkin bahkan sampai ada dalam do’a Ayahku. Tapi, untuk hal yang satu ini, masalah yang satu ini, mengapa Kau buat rupaku sama dengan perempuan itu??
Aku tak mengerti! Mengapa? Mengapa Ia ada dalam ekstra kulikuler yang aku ikuti? Mengapa Ia harus selalu ada dalam hidupku? Tuhan.. Aku harap ini hanyalah suatu kebetulan saja..



Vira
Yaa, pada awalnya aku memang menganggap bahwa semua ini hanyala kebetulan saja. Tapi, aku mulai berpikir lain ketika aku mendata anak-anak ekstra kelas X, dan ternyata, aku kaget! Tanggal lahirnya sama persis dengan diriku! Ya, kami memang benar-benar lahir pada tanggal, bulan dan tahun yang sama. Hal yang membuat aku duduk di bangku kelas XII dan dia di kelas X adalah karena aku setahun lebih cepat masuk sekolah, sedangkan dia, dia terlambat setahun masuk sekolah.
Dan saat itu, aku hanya bisa duduk terdiam di bangku khusus senior saat kumpulan tiba. Dan tanpa kusadari, rupanya telah ada Adam yang nampaknya sedari tadi memperhatikan gelagat anehku.
“Kamu kenapa Ver?” Tanyanya lembut, namu tetap membuatku kaget.
“Eng.. Enggak .. Gak napa-napa..” Aku tersenyum menyembunyikan perasaan yang sejak tadi mengelayuti dadaku. Ohh Tuhan, mengapa harus ada Adam di saat seperti ini?
“Kamu yakin? Yaudah gapapa.. Emmh, kantin yuk? Laper nih..” Ajaknya. Aku lalu segera berdiri menyambut ajakannya. Tersenyum dengan lebar dan merangkulnya agar kecurigaannya segera sirna.
Yaa, semenjak masuk SMA, aku dan Adam memang sudah menjadi teman dekat. Kami sering pergi bersama, menghabiskan waktu bersama, makan, mengerjakan peer, dan bahkan curhat soal orang yang kami sukai. Tapi sayang, dari sekian banyak orang yang selalu kami ceritakan, belum ada satu pun yang berhasil kami bawa sampai ke jenjang “pacaran”. Padahal, aku dan Adam sudah merancang strategi khusus untuk mendapatkan orang yang kami sukai. Hhahaa, kami bahkan sering saling ledek ketika hal itu terjadi. Yaa, tapi untunglah kami berdua belum memiliki pasangan. Karena mungkin setelah kami memiliki pasangan, kami bisa saja tidak sedekat sekarang ini.
“Vir.. Aku mau curhat nihh..” Ujarnya saat sebuah bakso masuk ke dalam mulutku.
“Hmm, nyamm bolehh..” Jawabku sembari terus mengunyah.
“Aku suka sama cewe, Vir..”
“Oii, yaa bagus dong! Itu tuh artinya kamu normal!”
“Ihh Vira..! Aku tuh serius tahu!”
“Yehh, aku juga serius keles! Tahu gak? Gossip yang udah nyebar di kalangan kelas X itu, tiada lain dan tiada bukan adalah kamu pacaran sama aku! Iyuwwwhhh.. Gak bingitt!”
“Lhoo? Ah masa Vir? Kok aku gak tahu ya?”
“Ahh, udah skip..! Ok, sekarang, kasih tahu aku siapa cewe yang ketiban sial itu ampe dia bisa disukain sama cowo macem kamu!”
“Biasa aja kali.. Emmh, dia... Femy..” Ujarnya antara kedengaran dan tidak. Aku yang tengah mengunyah bakso tiba-tiba saja tersedak karena saking kagetnya! Ou my God!!! Masa siih? Aduh.. Aku benar-benar tak percaya! Baru saja aku memikirkan anak itu, tahu-tahu saja anak itu pula yang disukai Adam!
“Kamu kenapa Vir?” Tanya Adam sedikit panik. Aku menggeleng cepat dan menyambar botol air mineral. Minum. Yaa, minumlah yang banyak Vir!!
“Kamu udah lama suka sama dia? Udah sedeket apa? Suka SMS-an? Telponan? BM-an? Chatting-an? Inbox? DM? Whatsapp? Atau..”
“Aduuh.. Kamu itu nanya atau apa sih? Kok banyak banget? Ok, aku suka sama dia udah agak lama sihh, aku tiap hari juga suka SMS-an, telponan, yahh gitu dehh..”
Hemm, aku tersenyum kecut mendengarnya. Tiba-tiba saja aku teringat pada sebuah artikel remaja yang baru-baru ini aku baca. Di sana disebutkan bahwa jika lelaki menyebutkan atau bahkan membicarakan wanita lain di hadapan kita, itu berarti dia tidak menaruh perasaan lebih pada kita.. Adududuhh..
Tapi kok, heyy!! Kok aku ngomong gitu sih? ‘Kan aku sama Adam itu sahabat deket! Aku harusnya seneng dong dia punya gebetan baru! Apalagi Femy ‘kan anak baik-baik, gak kayak Risa ataupun Mona, cewe yang pernah Adam taksir, tapi ampe mereka berdua keluar sekolah gara-gara di-DO pun, gak satupun dari mereka yang nerima Adam. Hhahaa.. Ups!
Tapi yaa, mungkin zaman udah berubah kali yahh? Semenjak Adam dilantik jadai ketua eskul PMR, mulai ada satu dua orang yang suka sama Adam. Ampe sekarang, banyak tuhh kelas X yang suka sama dia. Tapi aku cuma gak nyangka aja, dari sekian banyak kelas X, kok dia malah lebih milih Femy sih?
“Siang Kak..! Kak, anak kelas X ada yang sakit!” Ujar seorang anak kelas XI padaku. Dalam suasana masih kaget aku bertanya, “Siapa?”
“Fe...” Ya! Dia memang baru mengatakan sepatah kata, tapi demi Tuhan aku yakin dia itu Femy!!
“Ayo bawa ke ruang UKS!” Ujar Adam sembari berlari menuju kelas tempat kumpulan seni berlangsung. Antara kaget dan, ahh.. Entah.. Aku merasa akan ada sesuatu buruk menimpaku. Perasaan ini rasanya baru pertama kali hadir dalam diriku. Aku rasanya bisa merasakan bahwa, bahwa Adam akan direbut oleh Femy dariku.
Ahh, shiit! Kenapa aku malah mikir gitu? Aku segera berusaha menenangkan diri dan langsung berlari menghampiri tempat kumpulan eskul seni. Dan, dan.. Daannn... Damn! Aku liat Adam menggendong Femy yang pingsan sendirian! Ok, setengah dari akal rasionalku masih jalan. Adam ‘kan ketua PMR, jadi otomatis di tahu dong P3K! Ok fine, Vira..! Control Your self! Calm down, ok?
Tak lama setelah Adam memberikan rangsangan berupa kayu putih pada Femy, ia pun siuman. Teman-temannya yang berada di belakangku nampaknya mulai bisa bernapas lega.
“Kamu kenapa, Fem?” Tanyaku saat ia telah nampak lebih baik. Sebenarnya aku tak ingin menanyakan hal itu, tapi.. Ahh, sudahlah!
Ia menatapku dengan sudut matanya sambil menundukkan kepala. Aku mengerti. Ia mungkin tak ingin menjawab pertanyaanku. Aku membuang muka. Mungkinkah Ia tahu dengan apa yang aku rasakan?
“Mau pulang? Kakak antar ya?”  Tanya Adam tiba-tiba. Oh demi Tuhan! Kenapa kamu harus menawarkan hal itu padanya Adam?! Pastilah Ia mau! Tuh ‘kan, tuh kan..! Dia mengangguk! Ohh Tuhan.. Aku tak mau melihat pemandangan seperti ini! Aku lalu berbalik badan untuk meninggalkan ruang UKS. Saat aku melangkah, masih aku dengar suara Adam yang menahanku untuk tidak pergi dari sana. Cihh! Untuk apa? Untuk melihat kemesraan kalian berdua? Huhh.. Aku tak mau Adam! Setengah berlari aku masuk ruang eskul dan melanjutkan pekerjaanku.

Femy

Hari ini hari Sabtu, ‘kan? Ya! Hari ini hari Sabtu! Hari ini ada kumpulan eskul seni, dan PMR tentunya.. Hhahaa, adudududuhh.. Rasanya sangat sulit diungkapkan dengan kata-kata! Iya.. waktu pertama kalinya Kak Adam mengirimkan SMS padaku. Sempat bingung juga sihh Kak Adam itu yang mana.. Tapi ketika temanku menunjukkan Kak Adam itu yang mana, Ou My God! Ganteng! Apalagi dia itu ketua PMR, ohh lengkaplah sudah.. Hhahahaa..
Sebenarnya, aku merasakan dilema ketika masuk ke dalam eskul seni ini. Ya. Aku memang senang sekali dengan hal yang bernama seni, terlebih dengan kegiatan melukis ataupun bermain band. Tapi, aku kurang suka saja ketika aku tahu bahwa ketua eskul seninya Vira. Ouu my God! Aku sangat membenci orang itu! Kenapa dia yang jadi ketuanya? Bukankah kelas XII itu banyak? Kenapa harus dia? Tapi, aku sadar, aku kini telah resmi menjadi siswa kelas X SMA. Masa’ gara-gara hal sepele seperti itu saja aku harus mundur dan meninggalkan hal yang pastinya akan membantuku meraih harapan? Ahh, enggak deh! Ya, aku harus berjuang! Masa bodoh siapa ketuanya, yang penting aku baik-baik aja. Lagi pula, hari kumpulan eskul seni dan PMR itu ‘kan sama, hari Sabtu. Sambil menyelam minum air, sambil berjuang dengan seni, aku juga bisa sekalian merhatiin Kak Adam! Hhehe..
Tapi kayaknya aku salah. Kenapa aku harus merhatiin Kak Adam? Kenapa aku enggak fokus sama tugas melukis yang lagi aku garap aja? Kenapa juga coba aku malah liat gimana akrabnya Kak Adam dan Vira? Liat gimana cara Kak Adam ngajak Vira ke kantin. Liat gimana akrabnya mereka pas lagi makan. Tuhan! Tiba-tiba aja aku ngerasa ada sesuatu yang membuat dadaku sesak, seret. Aku sulit bernapas. Argh! Aku tak pernah selebay ini! Ketika aku hampir tidak sadar dan terjatuh, aku masih sempat mendengar teman-temanku heboh. Mungkin mereka hendak memanggil petugas PMR, atau mungkin malah Vira, ketua seni? Tuhan, aku tak mau dia menyentuhku!
Aku merasakan sesuatu kekuatan yang muncul tiba-tiba, aku memantapkan hati, aku tidak apa-apa! Ya! Aku baik-baik saja! Tapi mungkiin itu hanya ilusiku saja. Sebab, saat aku membuka mata, aku mencium bau ruangan PMR. Ada Kak Adam di sisi bangsal tempat aku berbaring. Di belakangnya, aku melihat beberapa orang temanku yang nampak cemas, juga wajah itu. Ya, itu Vira!
“Kamu kenapa, Fem?” Tanya Vira. Aku tahu, itu Cuma basa-basi. Dia ‘kan ketua eskul, masa iya dia gak merhatiin anggotanya yang lagi sakit?! Tapi, enggak. Aku gak mau jawab, nanti kalo aku jawab, dia malah kegeeran terus duduk di deket aku, ngelus-ngelus aku, nyuruh pulang, minum obat, ouu my God. Aku gak mau.
Syukurlah Vira ngerti. Ngeliat aku yang nunduk setelah dia tanya, dia mundur. Ada rasa kebahagiaan dalam hatiku. Ada suara instrumen kemenangan di dalamnya. Dalam hati aku tersenyum senang. Tertawa penuh kegembiraan.
“Mau pulang? Kakak antar ya?” Kak adam nampak masih terlihat cemas.
Aku mengangguk. Tentu saja aku mau! Mana mungkin aku menolak?
Dan seketika itu, Vira pergi meninggalkan ruang UKS. Kak Adam semat beberapa kali memanggil namanya. Namun bagusnya, ia tetap pergi dan pura-pura tidak mendengar Kak Adam.
Angin berhembus dengan lembutnya. Kini aku di sini, denganmu. Ya! Kini aku hanya berdua denganmu! Kak Adam, ini terasa bagai mimpi bagiku. Mimpi yang saking begitu indahnya membuatku tak mau bangun tidur meski hanya untuk mematikan jam weker sekalipun.
Ya, sekarang ini aku sedang diantar pulang oleh Kak Adam dengan scooter nya. Aku memeluk erat buku yang aku bawa. Tentu saja aku ingin memeluk Kak Adam! Tapi mana bisa, aku segan. Bukankah ini kali pertama kami mengobrol langsung? Lagi pula, aku nanti dikira gadis macam-macam oleh anak lain.
“Fem?” Suara Kak Adam langsung mengagetkan diriku.
“I, iya kak?”
“Kakak boleh nanya?”
“Boleh kak..” Kakak mau nanya apa? Belum kak, belum! Aku belum punya pacar! Kakak mau nembak aku ‘kan?
“Kamu sakit apa?”
Omaygat.. Huhh, kirain mau nembak. Tahunya.. Haduh.. “Emm, kata dokter sih aku cuma kecapean aja, kurang vitamin.”
“Ohh, tapi bukan sakit yang serius ‘kan?”
“Emm, bukan kok kak..”
“Alhamdulillah.. Jangan sakit lagi ya.. Jangan bikin yang lain khawatir.. Kasian..”
Yang lain? Aku tersenyum. Mungkinkah?

Vira

Setelah Adam dan Femy berlalu dan menghilang di ujung jalan, kegiatan eskul lalu kembali berjalan seperti biasa. Aku pun berpura-pura tidak ada yang salah. Lho? Memang tidak ada yang salah ‘kan, Vir? Femy sakit, dan Adam selaku anak PMR mengantarnya pulang. Apanya yang salah? Uhh.. Syukurlah jam eskul telah berakhir. Kini aku tengah berjalan bersama anak yang lain menyusuri koridor utuk pulang. Tapi, aku pulang dengan siapa? Bukankah aku selalu pulang bersama Adam? Ohh ayolah Vira.. Kamu itu bukanlah anak kecil yang selalu butuh teman untuk pulang!
“Vira!” Aku terhenyak. Suara Danu mengagetkanku.
“Iih! Ngagetin aja!” Aku memukul punggungnya.
“Ihh, paan? Orang Cuma manggil doang, kok ampe kaget gitu? Lagi mikiran remedial yaa?”
“Remedial apaan sih? Lha orang nilai aku bagus semua kok.. Emangnya kamu? Wlee.. Oiya, kamu pulang sendiri? Atau lagi nunggu orang?”
“Pulang sendiri. Napa?”
“Kok helmnya dua?”
“Jaga-jaga aja kalo ketemu cewek cantik, aku tawarin tumpangan pulang! Hhahaha..”
“Ohh, baguslah! Ayo anter aku pulang!”
“Vir, kamu cantik dari mananya?”
“Euuh..” Im playing my rolling eyes dan mencubitnya kencang.
“Aduh, aduh, sakit! Iya hayu cantik! Ayu naik! Ambil helmnya.. Adudududuh..”
Aku lalu melepaskan tanganku darinya dan tertawa dengan senangnya.
“Pacar kamu pulang duluan, Vir?” Tanya Danu sesaat setelah kami keluar dari gerbang sekolah.
“Apa? Pacar? Aku mblo, hey!”
“Ihh, gak ngaku.. Semua orang di sekolah juga udah tau kali, kalo kamu itu pacaran ama Adam!”

Komentar

  1. ehm.. menarik juga ceritanya may, tapi saya masih agak bingung dengan endingnya.. kaya masih ngegantung, atau ada kelanjutannya?

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. eh ya maya suka nulis cerpen / cerbung kaya gini dari kapan?

    BalasHapus
  4. Hhehe, makasih udah baca sama komen kang..
    Iya, ini kan cerbung, jadi masih ada kelanjutannya nanti..

    Saya suka nulis kayak gini dari smp kang..

    BalasHapus
  5. ooh udah lama juga ya...
    berarti udah banyak juga tulisannya?

    BalasHapus
  6. Hhehe, saya ga rajin nulisnya kang.. Terus tulisannya pada ilang..

    BalasHapus
  7. Hhehe, saya ga rajin nulisnya kang.. Terus tulisannya pada ilang..

    BalasHapus
  8. ehmm gitu ya...
    eh kayanya udah lama juga ga ada postingan baru may?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian, Fungsi, Tujuan, Jenis, serta Bagian-bagian Sprayer

Sprayer Pengertian Alat penyemprot  (Sprayer) digunakan untuk mengaplikasikan sejumlah tertentu  bahan kimia aktif pemberantas hama penyakit yang terlarut dalam air ke objek semprot  (daun, tangkai, buah) dan sasaran semprot (hama-penyakit). Efesiensi dan efektivitas alat  semprot ini ditentukan oleh kualitas dan kuantitas bahan aktif tersebut yang terkandung di  dalam setiap butiran larutan tersemprot (droplet) yang melekat pada objek dan sasaran  semprot. Sprayer adalah alat/mesin yang berfungsi untuk memecah suatu cairan, larutan atau  suspensi  menjadi butiran cairan (droplets) atau spray. Sprayer merupakan alat aplikator  pestisida yang sangat diperlukan dalam rangka pemberantasan dan pengendalian hama &  penyakit tumbuhan. Sprayer juga didefinisikan sebagai alat aplikator pestisida yang sangat  diperlukan dalam rangka pemberantasan dan pengendalian hama & penyakit tumbuhan.  Kinerja sprayer sangat ditentukan kesesuaian ukuran droplet aplikasi yang dapat dikeluar

GAS MULIA: Pengertian, Sifat, Keberadaan, Cara Pembuatan dan Kegunaannya

Ok, hay hayy holla Delitious ^^ Kali ini aku bakal ngeshare sesuatu yangleebih berguna dari pada curhatan aku, wkwkwkkk.. Ok, ini materi presentasi aku pas kelas XII, isinya ada pengertian gas mulia, sifat fisika dan kimia, keberadaannya di bumi, dan lain-lain. Hhehe.. Kalo ada yang butuh slideshow nya, monggo.. Bisa kirim komen di kolom komentar.. Ini ada beberapa contoh slide nya.. Oh iyaa, jangan lupa diedit yaa slide nya, soalnya aku banyak masang muka anak katarsis di sini, wkwkwkwk... GAS MULIA a.        Pengertian Gas Mulia Gas mulia adalah unsur-unsur golongan VIIIA dalam tabel periodik. Gas mulia terdiri dari Helium, Neon, Argon, Kripton, Xenon, serta Radon. Disebut mulia karena unsur-unsur ini sangat stabil. Menurut Lewis, kestabilan gas mulia tersebut disebabkan konfigurasi elektronnya yang terisi penuh, yaitu konfigurasi oktet (duplet untuk Helium). Kestabilan gas mulia dicerminkan oleh energi ionisasinya yang sangat besar, dan afinitas elektro

Contoh Fiksi Mini Bahasa Sunda: HADIAH TEPUNG TAUN

"Wilujeng tepang taun, Ummi.." , lilin ditiup. Celengok-celengok, pipi kénca-katuhu diciuman. Bray kado dibuka. Euleuh, tipi kaluaran anyar! "Alah Abbi, meni ngarérépot! Pasti mahal.." "Teu nanaon Ummi, ieu téh ladang Abbi ngirit 3 bulan! Nu teu penting mah tara dibayar.." Paingan tara ngajakan piknik deui, pan biasana mah osok unggal minggu. Ahh , meni kayungyung boga salaki téh.. Teu lila, tipi dipasang. Cetrék. Reup. Éh naha teu hurung? Kalah lampu gé pareum! Ngajebrét kitu? Piraku. Pan masang daya gedé! Naha nya? "Salah sahiji nu sur Abbi teu penting téh, mayar listrik.."