Malam terasa berbeda, terlalu pekat, menyesakkan dada
aku tak bisa bernapas dengan lega, pohonku telah
pergi, kamu telah hilang
hari cerah tiada, berganti hari penuh deras hujan, menghanyutkan akal sehat
aku tak bisa berteduh, tempat bernaungku amblas, kamu lenyap entah ke
mana.
Aku tahu alasannya, tapi tak ingin mengutarakannya
khatam penawarnya, tapi tak bisa meraciknya
seandainya kamu tahu, telingaku pekak
mendengar hatiku menasbihkan namamu
berharap sebuah mukjizat dapat membawamu padaku.
Kamu tahu aku tak pandai berbasa-basi, jadi
kukatakan padamu sekarang,
sepertinya aku merindukanmu. Tidak, aku benar-benar
rindu.
Jangankan suaramu, muka masammu saja aku sangat
ingin melihatnya sekarang.
Aku merindukanmu, jika kamu berkenan, malam ini pun
aku akan menemuimu.
Namun aku bisa apa?
Kamu menyukai wanita lain.
Untuk membuatmu sekejap saja memandangku, aku harus
bagaimana?
Tatapanmu tak pernah beranjak darinya.
Aku menangis, meraung, meratapimu. Kamu tak peduli.
Aku membersihkan jalanan darimu menuju hatiku. Kamu
tak tahu, tak mau tahu.
Kamu, aku merindukanmu. Memeluk setiap potret
usangmu.
Aku ingin kamu datang lalu memelukku. Tapi ku tahu
itu tak mungkin.
Aku menginginkanmu di sini, hatiku meledak
mendebarkannya
kulukis bayangmu sebelum terlelap, mengharap senyummu dalam mimpiku
namun meski mulutku berbuih menyebut namamu,
matamu tetap tertuju padanya
meski ku dekap erat kakimu, hatimu tetap menuju ke
arahnya.
Komentar
Posting Komentar