Jika aku menyimpan namamu dalam hatiku, apakah tak apa?
Jika aku memiliki potretmu dalam lipatan dompetku, tak apakah?
Aku tak tahu bahwa ada beberapa hal yang tak mudah untuk disimpan sendiri,
lalu jadi lebih sulit untuk disampaikan.
Menari dan bersenandung kecil di jalan pulang,
berteriak gemas sambil menutupi muka dengan bantal,
tersenyum saat tengah sendiri,
menulis namamu di dinding kamar.
Eh, menjadikanmu alasanku tersenyum, dosakah?
Oh, terima kasih. Karenamu, kini aku punya alasan kenapa aku harus bangun tidur.
Cinta itu tidak buta, tapi membutakan, dan ya,
aku sering tersandung setelah melirik senyummu.
Memutari lapangan, berjalan dengan rute jauh,
berjinjit dan mengintip di sela pintu kelasmu,
merona pada rambutmu yang tertiup angin sore,
berdegup melihat keringat di keningmu saat bekerja.
Semoga kamu tak tersedak karena aku yang selalu menggumamkan namamu,
ku harap kamu tak apa setelah ku paku rupamu dalam kepalaku.
Beberapa manusia waras menyadarkanku dari lamunan siang,
memaki wajah bodohku saat menunggu punggungmu menyembul.
Tapi peduli apa? Aku tetap menyukaimu.
Memakai riasan meski akhirnya mirip badut jalanan.
Tapi siapa peduli? Aku tetap menantikanmu.
Toh, semua orang akan jadi tolol saat jatuh cinta.
Jika aku berkeinginan untuk memilikimu, bisakah kamu membiarkannya?
Jika aku memeluk namamu dalam tidurku, apakah kekasihmu akan menjambakku?
Komentar
Posting Komentar