Kamu muncul lagi
di pertigaan jalan
di beranda
dan kamar sempitku.
Kamu tersenyum lagi
dengan manisnya
dengan tulusnya
entah untuk siapa.
Kamu dapat kembali mencinta
menyukainya
memeluknya
mengelus kepalanya lembut.
Kamu sudah tidak apa-apa
ku rasa.
Kamu sudah pulih
baik-baik saja.
Lantas mengapa kamu tidak kembali menyapaku?
Menyunggingkan senyum
atau tidak pura-pura tak lihat aku, setidaknya.
Aku masih apa-apa
tentu saja.
Aku sakit, sepeninggalmu
tidak baik-baik saja.
Lantas aku beranikan diri menyapamu.
Berusaha gapai peluk hangatmu
tapi kamu pura-pura tak lihat aku, sadisnya.
Kamu muncul lagi
di pertigaan jalan
di beranda
dan kamar sempitku.
Tapi kamu tak lagi sudi balas sapa,
menyambut genggamku.
Jika kamu memang muak, pergi saja
itu akan meringankan aku, setidaknya.
Tapi kamu lagi-lagi muncul kini
seolah ingin balas jahatnya aku dulu
membuatku lagi-lagi gila
tunai sudah dendammu.
di pertigaan jalan
di beranda
dan kamar sempitku.
Kamu tersenyum lagi
dengan manisnya
dengan tulusnya
entah untuk siapa.
Kamu dapat kembali mencinta
menyukainya
memeluknya
mengelus kepalanya lembut.
Kamu sudah tidak apa-apa
ku rasa.
Kamu sudah pulih
baik-baik saja.
Lantas mengapa kamu tidak kembali menyapaku?
Menyunggingkan senyum
atau tidak pura-pura tak lihat aku, setidaknya.
Aku masih apa-apa
tentu saja.
Aku sakit, sepeninggalmu
tidak baik-baik saja.
Lantas aku beranikan diri menyapamu.
Berusaha gapai peluk hangatmu
tapi kamu pura-pura tak lihat aku, sadisnya.
Kamu muncul lagi
di pertigaan jalan
di beranda
dan kamar sempitku.
Tapi kamu tak lagi sudi balas sapa,
menyambut genggamku.
Jika kamu memang muak, pergi saja
itu akan meringankan aku, setidaknya.
Tapi kamu lagi-lagi muncul kini
seolah ingin balas jahatnya aku dulu
membuatku lagi-lagi gila
tunai sudah dendammu.
test
BalasHapus